Parafimosis

Thursday, April 15, 2010
Parafimosis adalah suatu keadaan di mana prepusium penis  yang diretraksi sampai pada batas sulkus koronarius/di belakang sulkus koronarius tidak  dapat dikembalikan pada keadaan semula sehingga menimbulkan jeratan penis di belakang sulkus koronarius.

Menarik / retraksi preputium ini ke bagian proksimal biasanya dilakukan  pada saat bersenggama atau masturbasi atau dapat juga sehabis pemasangan kateter. Jika preputium tidak dapat dikembalikan dengan cepat  ke tempatnya maka dapat menimbulkan gangguan aliran balik vena superfisial sedangkan aliran  arteri tetap berjalan normal. Akibat hal ini maka akan terjadi edema gland penis dan dirasakan nyeri. Apabila dibiarkan maka bagian penis di sebelah distal jeratan makin membengkak  sehingga bisa menimbulkan nekrosis/kematian jaringan penis apabila dibiarkan .

Tindakan 


Diusahakan supaya prepusium dikembalikan secara manual melalui tehnik memijat glans selama 3 - 5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan - lahan prepusium  dikembalikan pada tempatnya. Bila usaha ini tidak sukses, dapat dilakukan dorsum insisi pada  jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada posisi normalnya. Setelah  edema  dan proses inflamasi  menghilang pasien sebaiknya menjalani proses sirkumsisi.

Bunutan Village/Desa Bunutan

Tuesday, April 13, 2010
Desa Bunutan terletak di dekat Kintamani. Pada awalnya merupakan desa yang terisolir, tetapi 5 tahun yang lalu telah dibangun jalan. Listrik sudah masuk dan signal hp sudah ok masuk. Desa ini masih sangat tradisional sekali

Operasi Hydokel/Hydrocele Surgery

























Bali Church

Bali Christian Church in Abianbase Village

Kuta Beach After Storm

Kuta Beach After Heavy Rain, Photo By IGd Andre

In The Rural Place in Bali

Torsio Testis

Monday, April 12, 2010
Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah pada testis.

Keadaan ini diderita pada 1 diantara 4000 - 5000 pria yang  berumur kurang dari 23 tahun, dan paling banyak diderita  oleh anak pada masa pubertas ( 12 - 20 tahun). Di samping itu tidak jarang janin yang masih berada di dalam uterus  atau bayi baru lahir menderita torsio testis yang tidak dapat terdiagnosa sehingga mengakibatkan terjadinya kehilangan testis baik bilateral maupun unilateral.

Anatomi



Testis normal dibungkus oleh Tunika Albuginea. Pada permukaan anterior dan lateral. testis dan epididimis dikelilingi  oleh tunika vaginalis yang terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan viseralis langsung menempel pada testis dan di luar adalah lapisan parietalis, menempel  ke muskulus dartos pada dinding skrotum.
Pada masa janin dan neonatus  lapisan parietal  yang menempel pada muskulus dartos masih belum banyak  jaringan penyangganya sehingga testis, epipidimis, dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak  dan memungkinkan  untuk terpluntir pada sumbu  funikulus spermatikus. Terpluntirnya testis  pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal.

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan  dengan kelainan sistem  penyanggah testis. Tunika vaginalis yang seharusnya  mengelilingi sebagian dari testis pada  permukaan anterior  dan lateral testis, pada kelainan ini tunika mengelilingi  seluruh permukaan testis  sehingga mencegah insersi  epididimis ke dinding skrotum. Keadaan ini  menyebabkan testis dan epididimis  dengan mudahnya  bergerak di kantung tunika vaginalis dan menggantung pada funikulus spermatikus. Kelainan ini disebut sebagai anomali bell-clapper. Keadaan ini akan memudahkan testis mengalami torsio vaginalis.

Patogenesis



Secara fisiologis otot kremaster memiliki fungsi untuk menggerakkan testis mendekati dan menjauhi rongga abdomen guna mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan  yang menyebabkan pergerakan  yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu yang mendadak  (seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum.

Terpluntirnya funikulus  spermatikus  menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema testis, dan iskemia. Pada akhirnya testis akan mengalami nekrosis.

Gambaran klinis dan diagnosis

Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan  pada testis. Keadaan  itu dikenal sebagai akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel, atau tidak mau menyusui.

Pada pemeriksaan fisis, testis menbengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih  horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang - kadang pada torsio  testis yang baru saja terjadi, dapat diraba adanya  lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai dengan demam.

Pemeriksaan sedimen urine tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urine  dan pemeriksaan darah  tidak menunjukkan tanda inflamasi, kecuali pada torsio testis  yang sudah lama dan telah mengalami  keradangan steril.

Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torsio testis dengan keadaan akut skrotum yang lain adalah dengan memakai : stetoskop Doppler, USG Doppler, dan sintigrafi testis yang kesemuanya bertujuan menilai adanya aliran darah ke testis. Pada torsio testis tidak didapatkan adanya aliran  darah ke testis sedangkan pada keradangan akut testis, terjadi peningkatan aliran darah ke testis.

Diagnosis Banding


  • Pada epididimitis akut : sangat sulit sekali untuj membedakannya dengan torsio testis. Nyeri skrotum akut disertai dengan kenaikan suhu tubuh, keluarnya nanah dari uretra, ada riwayat coitus suspectus, atau pernah menjalani kateterisasi sebelumnya.
  • Jika dilakukan pengangkatan testis, pada epididimitis akut akan terasa nyeri berkurang sedangkan pada torsio testis nyeri akan tetap ada yang dinamakan sebagai tanda dari Prehn. Pasien epididimis akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun  dan pada pemeriksaan  sedimen urine didapatkan adanya  leukosituria atau bakteriuria.
  • Hernia skrotalis inkarserata, yang biasanya didahului dengan anamnesa didapatkan benjolan yang keluar masuk skrotum
  • Hidrokel terinfeksi
  • Tumor testis
  • Edema skrotum yang dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, adanya pembuntuan saluran limfe inguinal, kelainan jantung, atau kelainan  - kelainan yang tidak diketahui sebabnya (idiopatik)
Terapi

Detorsi Manual
Adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar  testis ke arah lateral dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi ke arah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan.

Operasi
Tujuan mengembalikan posisi operasi ke arah yang benar segera setelah itu lakukan penilaian apakah testis dalam keadaan viable atau sudah nekrosis. Jika testis  hidup dapat dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.

Orkidopeksi dilakukan dengan menggunakan benang yang tidak dapat diserap pada 3 tempat untuk mencegah supaya testis tidak terpuntir kembali, sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada di dalam skrotum merangsang terbentuknya antibodi antipserma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas di kemudian hari.

Kuta Beach In The Morning

Thursday, April 8, 2010