Showing posts with label Infeksi Urogenital. Show all posts
Showing posts with label Infeksi Urogenital. Show all posts

Fournier Gangrene

Friday, December 2, 2011

Pielonefritis Akut

Monday, March 22, 2010

Pielonefritis Akut adalah suatu reaksi inflamasi yang terjadi karena infeksi pada pielum dan parenkim ginjal. Biasanya kuman berasal dari saluran kemih bagian bawah naik ke ginjal melalui ureter. Kuman - kuman itu antara lain adalah E Colli, Proteus, Klebsiella, Strep faecalis dan enterokokus. Kuman Stafilokokus aureus  dapat menyebabkan pielonefritis melalui penularan secara hematogen, meskipun sekarang jarang dijumpai.

Gambaran Klinis


  • Demam tinggi dan menggigil
  • Nyeri daerah perut dan pinggang
  • Mual + Muntah
  • Kadang terdapat gejala iritasi pada buli - buli : berupa disuria, frekuensi atau urgensi
Pemeriksaan Fisik : pastinya terdapat nyeri  pinggang dan perut, usus biasanya melemah seperti ileus paralitik

Pemeriksaan Darah dan Urinalisa : Leukositosis, LED meningkat,urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, hematuria, terjadi penurunan fungsi ginjal

Radiologi : foto polos perut : kekaburan dari bayangan otot psoas dan mungkin saja terdapat keterlambatan pada fase nefrogram. Perlu dibuat juga diagnosa banding dengan inflamasi pada organ di sekitar ginjal antara lain : pankreatitis, appendisitis, kolesistitis, divertikulitis, pneumonitis, serta inflamasi pada organ pelvik.

Terapi

Tujuannya untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut, yaitu berupa terapi suportif dan antibiotik, antibiotik yang digunakan pada kasus ini adalah yang bersifat bakterisidal, berspektrum luas, penetrasi ke ginjal, dan kadar dalam urin tinggi.

Prostatitis

Thursday, March 4, 2010
Prostatitis adalah suatu reaksi inflamasi pada prostat, disebabkan oleh bakteri atau non bakteri. Untuk menentukan adanya prostatitis dapat digunakan  uji 4 tabung (Meares, 1976). Sampel untuk uji ini diambil dari urine dan getah kelenjar prostat,
Uji  4 tabung terdiri atas :

  1. 10 cc pertama adalah contoh urine yang dikemihkan pertama kali, tujuannya adalah untuk menilai keadaan mukosa uretra
  2. urine porsi tengah tujuannya menilai keadaan mukosa kandung kemih
  3. getah prostate dikeluarkan melalui masase prostat/expressed prostatic secretion tujuannya menilai  keadaan kelenjar prostate
  4. urine yang dikemihkan setelah masase prostate
Keempat contoh itu kemudian dianalisis  secara mikroskopik dan dilakukan kultur untuk mencari kuman penyebab infeksi.

Klasifikasi 

National Institute of Health membagi prostatitis dalam 4 klasifikasi :
  1. Kategori I yaitu prostatitis bakterial akut
  2. Kategori II yaitu prostatitis bakterial kronis
  3. Kategori III prostatitis non bakterial kronis atau sindrom pelvik kronis.  Pada kategori ini terdapat keluhan nyeri  dan perasaan tidak nyaman di daerah pelvis yang telah berlangsung paling sedikit 3 bulan. Kategori ini dibedakan dalam 2 subkategori, yaitu subkategori IIIA yaitu sindrom pelvik kronis dengan inflamasi, dan kategori IIIB adalah sindrom pelvik non inflamasi
  4. Kategori IV yaitu prostitis inflamasi asimtomatik 
Prostatitis bakterial akut (kategori I)

Bakteri masuk ke dalam kelenjar prostat diduga melalui beberapa cara, antara lain: (1) ascending dari uretra, (2) refluks urine yang terinfeksi ke dalam duktus prostatikus, (3) langsung atau secara limfogen dari organ yang berada disekitarnya (rektum) yang mengalami infeksi, dan (4) penyebaran secara hematogen.

Gambaran Klinis

Pasien yang menderita prostatitis bakterial akut tampak sakit, demam, mengigil, rasa sakit di daerah perineal, dan mengeluh adanya gangguan miksi. Pada pemeriksaan fisis dengan colok dubur, prostat teraba membengkak, hangat, dan nyeri. Pada keadaan ini tidak diperbolehkan melakukan masase prostat untuk mengeluarkan getah prostat karena menimbulkan nyeri dan memacu terjadinya bakteremia. Jika tidak ditangani dengan baik keadaan ini dapat menjadi abses prostat atau menimbulkan urosepsis.
Kuman penyebab infeksi yang paling sering adalah E. Coli, Proteus,  Klebsiella, Pseudomonas spp, Enterobacter, dan Serratia spp.

Terapi

Dipilih antibiotik yang sensitif terhadap kuman penyebab infeksi  dan pasien perlu dirawat di rumah sakit  untuk pemberian obat secara parenteral. Antibiotik yang dipilih adalah  dari golongan fluoroquinolon, cotrimoksasol, dan golongan aminoglikosida. Untuk parenteral dapat diberikan ceftriakson atau cefixime. Setelah  keadaan membaik dapat diberikan antibiotik oral selama 30 hari.

Jika keadaan miksi terganggu, maka dapat dilakukan pemasangan kateter suprapubik karena  dalam keadaan  ini pemasangan kateter transuretra menjadi sulit dan menambah nyeri.

Prostatitis bakterial kronis (kategori II)

Prostatitis bakterial kronis terjadi karena  adanya infeksi saluran kemih yang sering kambuh. Gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah disuri, urgensi, frekuensi, nyeri perineal, dan kadang - kadang nyeri pada saat ejakulasi atau hematospermi. Pada  pemeriksaan  colok dubur  mungkin  teraba krepitasi yang merupakan  tanda dari suatu kalkulosa prostat.
Uji 4 tabung tampak pada EPS didapatkan kuman yang lebih banyak  daripada VB1 dan VB2, di samping itu  pada pemeriksaan mikroskopik  pada EPS tampak oval fat bodies

Terapi

Pada prostatitis bakterial akut, hampir semua antibiotik dapat menembus barier plasma epitelium dan masuk ke dalam sel - sel kelenjar prostat, tetapi pada infeksi kronis  tidak  banyak jenis antibiotik  yang dapat menembus barier itu. Antibiotik yang dapat menembus barier adalah doksisiklin, minoksilin, karbeniksilin, cotrimoksasol, dan fluoroquinolon.

Pengobatan diberikan dalam jangka lama sampai pada hasil kultur didapatkan kuman negatif.

Prostatitis Non Bakterial

Inflamasi kelenjar prostat yang belum diketahui penyebabnya. Sesuai dengan klasifikasi dari NIH, kategori III dibagi menjadi 2 subkategori,  yaitu subkategori IIIA dan IIIB. Pada kategori IIIA tidak tampak kelainan  pada pemeriksaan fisik dan pada uji 4 tabung tidak didapatkan pertumbuhan kuman, hanya saja pada EPS terlihat banyak leukosit dan bentukan  oval fat body. Beberapa penulis menduga inflamasi ini disebabkan oleh infeksi dari Ureaplasma urealitikum atau  Chlamidia trachomatis sehingga mereka memberikan antibiotik yang sensitif  terhadap kuman itu, antara lain minosiklin, doksisiklin, atau eritromisin selama 2 - 4 minggu.

Pada subkategori IIIB yang dulu dikenal dengan nama prostatodinia terdapat nyeri pada pelvis  yang tidak berhubungan dengan keluhan  miksi dan sering terjadi pada  usia 20-45 tahun. Pada uji 4 tabung tidak didapatkan adanya bakteri penyebab infeksi maupun sel - sel penanda proses inflamasi. Diduga kelainan ini ada hubungannya  dengan faktor stress. Pemberian obat - obat simtomatik berupa obat penghambat  adrenergik alfa dapat mengurangi keluhan miksi.

Prostatitis Inflamasi Asimtomatik

Secara klinis pasien tidak menunjukkan adanya keluhan maupun tanda dari suatu prostatitis. Adanya proses inflamasi  pada prostat diketahui dari spesimen yang kemungkinan didapat dari cairan semen pada saat analisis semen dan jaringan prostat  yang didapatkan pada biopsi maupun pada saat operasi prostat. Sebagian besar prostatitis  yang tanpa  menunjukkan gejala seperti pada kategori ini tidak memerlukan terapi, tetapi didapatkannya  sel - sel inflamasi  pada analisis semen seorang pria yang mandul perlu mendapatkan terapi antibiotika.

Ref : Basic of Urology



Sistitis Akut (Acute Cystitis)

Wednesday, March 3, 2010
Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli - buli yang sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Kuman penyebab infeksi ini terutama adalah Escherichia colli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk ke buli - buli terutama melalui uretra. Sistitis akut sangat mudah terjadi jika pertahanan lokal tubuh menurun, yaitu pada diabetes melitus atau trauma lokal minor pada saat sanggama.

Wanita sangat sering mengalami sistitis  karena uretra wanita lebih pendek dibanding pria. Selain itu sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat bersifat bakterisidal  sehingga pria relatif tahan terhadap infeksi. Kurang lebih sekitar 10 - 20% wanita pernah mengalami sistitis selama hidupnya dan kurang lebih 5%  dalam satu tahun pernah mengalami serangan ini.
Peradangan pada buli - buli juga dapat disebabkan oleh bahan kimia, seperti detergen,  yang dicampur ke dalam air untuk rendam duduk, deodorant yang dimasukkan ke vulva, atau obat - obat sitostastika yang dimasukan intrevesika  untuk terapi kanker buli - buli.

Gambaran Klinis

Inflamasi menyebabkan mukosa buli - buli menjadi eritema, edema, dan hipersensitif
Bila buli - buli terisi urin, akan mudah terangsang untuk mengeluarkan isinya segera, ini mengakibatkan gejala frekuensi
Kontraksi buli - buli menimbulkan nyeri pada daerah suprapubik serta eritema mukosa buli - buli  mudah berdarah dan menyebabkan hematuria
Perlu diingat sistitis tidak menyebabkan  demam, mual, muntah, badan lemah, dan kondisi umum yang menurun
Jika disertai demam dan nyeri pinggang maka perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih atas
Pemeriksaan urin  berwarna keruh, bau, pada urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan bakteriuria

Lab dan Radiologi

  • Kultur urine : mengetahui jenis kuman penyebabnya
  • Jika sistitis terjadi berulang perhatikan kemungkinan adanya  keganasan atau urolithiasis, perlu
  • untuk dilakukan pencitraan USG/Sitoskopi/PIV 
Terapi

  • Pada sistitis tanpa komplikasi dapat diberikan antibiotik Cotrimoksasol 2 x 1, Ciprofloksasin 2 x 1, selama 5 hari terapi
  • Karena keadaan nyeri yang sangat menganggu karena kontraksi buli - buli dapat diberikan antispasmodik  seperti papaverin, atau hyoscine butil-bromide
  • Jika nyeri tidak teratasi dapat diberikan analgetik
  • Pasien disarankan banyak minum, jangan minum alkohol, kopi, soda, yang menyebabkan iritasi pada buli
  •   buli